Aurart, Pameran Seni di Surabaya yang Tunjukkan Krisis Moral Murid Terhadap Guru

pameran seni surabaya

B erlandaskan rasa miris terhadap dunia pendidikan yang semakin harinya semakin menunjukan krisis moral antara murid dan guru, Komunitas Seni Pintu Tengah Surabaya menggelar pameran seni yang bertajuk Aurart.

Aurart diambil dari dua kata yaitu ‘aura’ yang memiliki arti jiwa serta ‘art’ yang berarti seni.

Diadakan selama tiga hari berturut-turut sejak 29 November hingga 1 Desember 2019 di Socah Gallery, pameran seni ini merupakan persembahan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terutama mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa.

Mengusung tema “Dekadensi: Krisis Moral Dalam Pendidikan Saat Ini”, tema ini dipilih karena banyak beredarnya video-video di media sosial yang memperlihatkan sikap tidak sopan dari murid ke guru.

komunitas pintu tengah
instagram.com/mifthakhul_lailii

 

Pada pameran ini terdapat 50 karya seni yang dipamerkan, karya dari 20 seniman yang terlibat. Berbagai media karya digunakan mulai dari lukisan, digital printing, batik, mix media, aksesoris, instalasi dan lain sebagainya.

Dalam setiap karyanya, para seniman mengungkapkan keresahan yang berbeda-beda. Seperti salah satunya, Febriana Dwi Rahmawati yang membuat lukisan dengan judul Lidah dan Gawai. Dalam lukisannya ini, ia ingin menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak sopan saat berkomunikasi di media sosial.

“Saya menghadirkan dua objek gawai yang berisi chat room serta dua lidah yang berwarna merah. Pada bagian tengah terdapat wajah dengan lidah yang melilit gadget tersebut. Dalam lukisan ini saya ingin menyampaikan bahwa jari lebih licin daripada lidah,” ungkap Febriana seperti yang dilansir dari ngopibareng.id.

Dengan diadakannya pameran ini, Komunitas Seni Pintu Tengah berharap mampu memberikan perspektif lain dalam melihat permasalahan mengenai krisis moral antara guru dan murid ini.