B rand lokal asal Bandung, Artch berhasil menginovasi dengan menciptakan tas serut yang berbahan dasar dari parasit. Jika bahan parasit kebanyakan dibuat untuk produk jaket, tetapi Artch menginovasinya menjadi sebuah tas.
Memulai dengan nama Architect, namun setelah ditinggal beberapa pendirinya berubah menjadi Artch.
Menjalankan bisnisnya sejak 2010, Artch benar-benar fokus berbisnis saat memasuki tahun 2015. Memulai bisnisnya dengan menjual t-shirt, Artch akhirnya mencoba peruntungan lain dengan menciptakan produk tas serut.
“Awalnya kita jual t-shirt, tapi di Bandung kan banyak banget yang bisnis t-shirt dan saingannya juga otomatis banyak, akhirnya ya kita coba bikin produk tas serut dan respon masyarakat cukup bagus,” ungkap salah satu owner Artch Fahri Mohammad.

Awal mula berbisnis tas serut juga dari keisengan Fahri yang memiliki hobi futsal. Saat itu ia membuat tas serut untuk memudahkan membawa peralatan olahraganya. Hingga akhirnya, teman-temannya pun tertarik dan akhirnya di produksi banyak dan di jual secara online.
Walau demikian, diakui Fahri saat ini penjualannya sedang mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan saingan yang semakin banyak dan juga banyak yang menduplikasi produk Artch dengan hanya mengganti labelnya saja.
“Dari awal tahun ini memang lagi turun sih, biasanya kita bisa jual 10 ribu pieces perbulannya, tapi sekarang paling yang keluar cuman 2 ribu pieces aja,” tambah Fahri.

Tak hanya menjual tas serut saja, Artch juga menjual outfit lainnya seperti jaket, celana, sling bag, waist bag dan berbagai aksesoris. Artch juga memiliki toko offline yang tersebar di beberapa kota seperti Bandung, Bekasi, Jambi, dan Garut.
Menargetkan pangsa pasarnya di usia 14 sampai 30 tahun, Artch membanderol produknya mulai dari harga Rp. 35 ribu untuk produk tas serut hingga Rp. 350 ribu untuk produk travel bag.