S aat ini dompet digital sudah banyak digemari masyarakat Indonesia. Bahkan pertumbuhan dompet digital pun diyakini masih akan terus membludak hingga beberapa tahun ke depan. Hal ini disebabkan penggunaan dompet digital saat ini belum memasuki titik puncaknya.
Direktur Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), Tasa Nugraza Barley menjelaskan bahwa potensi penggunaan dompet digital masih akan terus menaik karena masih ada masyarakat yang menggunakan metode tradisional.
“Di Jakarta memang sudah cukup banyak (yang memakai dompet digital). Tetapi coba kalau pergi dua jam saja dari Jakarta, dominasi masih dalam bentuk uang tunai,” ungkap Barley.
Mengubah kebiasaan orang yang puluhan tahun menggunakan uang tunai bukanlah perkara mudah.
Barley juga menambahkan bahwa permasalahan dari bisnis dompet digital yaitu pengembangan bisnisnya yang terbilang cukup mahal. Ia juga menekankan bahwa dirinya menolak anggapan pemberian fasilitas tertentu kepada usernya merupakan tindakan ‘bakar uang’ dari investor.
“Biaya promosi dan marketing yang dibutuhkan memang mahal. Sebab, untuk mengubah kebiasaan orang yang sudah puluhan tahun menggunakan uang cash tidak mudah. Oleh karena itu, untuk mengakuisisi pengguna dibutuhkan strategi pemasaran tertentu,” tambah Barley.

Baru-baru ini juga, perusahaan riset asal Prancis, Ipsos membeberkan presentase layanan dompet digital yang paling populer di Indonesia. Gopay berada jauh diurutan pertama dengan presentase 54 persen. Posisi selanjutnya diisi OVO dengan 11 persen, DANA 11 persen dan LinkAja 6 persen.
Di sisi lain, Bank Indonesia merilis data bahwa terjadi 5,22 miliar transaksi uang elektronik dari dompet digital sepanjang tahun 2019. Valuasi transaksi dari jumlah tersebut diperkirakan menyentuh kisaran 145,16 triliun.
Capaian tersebut tentu sangat melonjak dibandingkan capaian pada tahun 2018 yang hanya berjumlah 2,9 miliar transaksi dengan valuasi transaksi tidak kurang dari 47,19 triliun. Untuk Januari tahun 2020 ini sendiri, bank sentral menyebut sudah terjadi 457 juta transaksi dengan valuasi sekitar 15,87 triliun.