Saat ini, hunian yang kecil dan mungil sudah banyak diminati masyarakat karena dianggap memiliki harga yang murah dengan tampilan yang tetap menarik. Konsep micro house menjadi salah satu konsep hunian minimalis yang banyak diusung masyarakat masa kini.
Micro house merupakan konsep hunian yang memiliki luas kurang dari 100 meter persegi.
Konsep micro house sebenarnya bukan hal baru yang muncul belakangan ini. Konsep micro house sudah diperkenalkan sejak tahun 1973 oleh penulis buku ‘Shelter’, Lloyd Kahn. Setelah itu, konsep micro house mengalami perkembangan konsep oleh Lester Walker melalui bukunya ‘Tiny House’ pada tahun 1987.
Namun, sebenarnya konsep micro house benar-benar didengungkan pada tahun 1997 oleh seorang arsitek lulusan University of Oregon, Sarah Susanka melalui bukunya ‘The Not So Big House.” Dalam buku tersebut dijelaskan secara mendalam bagaimana tinggal di dalam hunian yang minimalis namun tetap esensial.
Konsep micro house diyakini akan mampu menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan semakin banyaknya jumlah manusia yang bertambah. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, jumlah manusia akan mencapai 3 miliar orang.
Tentu jumlah sebesar itu memerlukan hunian yang semakin banyak. Namun, keterbatasan lahan tentu akan jadi kendala untuk orang-orang membangun sebuah rumah. Dengan mengusung konsep micro house diyakini akan jadi solusi yang ampuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Pada umumnya, konsep micro house lebih menekankan pada desain ketimbang ukuran. Maka dari itu para pengguna konsep micro house kerap kali memilih menggunakan furniture-furniture berteknologi tinggi yang memiliki manfaat ganda guna meminimalisir penggunaan banyak furniture.
Tak hanya itu, para pengguna konsep micro house lebih mengoptimalkan ruang vertikal ketimbang horizontal. Selain itu, penerapan konsep micro house juga diyakini akan lebih irit secara pembangunan serta perawatannya yang terbilang tidak sulit.
