P ada 2 Oktober 2019, film yang cukup ditunggu-tunggu di layar bioskop Indonesia yaitu Joker resmi naik layar. Film yang menceritakan asal mula kehadiran musuh dari Batman ini diperankan oleh Joaquin Phoenix.
Saat penayangannya di Venice Film Festival, film Joker mendapat standing ovation selama 8 menit.
Memulai kisahnya sebagai seorang badut penghibur, Arthur Fleck (red: Joker) mengalami kehidupan yang benar-benar buruk. Kemiskinan, kehidupan sosial bahkan kehidupan cintanya pun benar-benar tak berpihak padanya.
Kekacauan di Kota Gotham sangat jelas terlihat, mulai dari banyaknya geng-geng yang melakukan kekerasan, perbedaan strata sosial yang sangat mencolok antara si miskin dan si kaya, dan para politikus yang membela para kapitalis.

Hal-hal tersebut yang akhirnya merubah Arthur dari sosok badut yang menyenangkan menjadi sosok badut yang bengis dan sadis. Satu persatu orang-orang yang ia anggap jahat terhadapnya mulai ia bunuh dengan cara-cara yang mengerikan.
Joaquin Phoenix benar-benar begitu sensasional dalam memerankan sosok Joker. Bahkan banyak kritikus yang beranggapan bahwa akting dari Phoenix layak diganjar oleh penghargaan Oscar. Phoenix memang berhasil menggambarkan sosok Joker dengan pendekatan yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Heath Ledger.
Todd Phillips selaku sutradara sekaligus produser dari Joker memang cukup handal dalam mengeksplor sosok Joker dan menyajikannya kepada penonton. Tak hanya itu, Todd juga bisa mengungkapkan mitologi yang tak pernah disentuh di film-film Joker sebelumnya.
Layaknya film Parasite yang juga rilis di tahun yang sama, Joker berhasil muncul dengan membawa banyak pesan. Hanya saja, Joker hadir dengan pengemasan yang lebih complicated serta Phoenix yang berhasil membuat tegang para penontonnya dari awal hingga akhir film.