D i Dusun Dadapbong, Bantul terdapat sebuah studio yang memproduksi tas-tas yang cukup unik. Mulai dari tas tangan, tas jinjing sampai tas ransel tersedia di studio yang terbilang cukup sederhana ini. Dodi Andri merupakan pria yang jadi otak dibalik produktifnya studio tersebut.
Menariknya, tas-tas yang diciptakan oleh Dodi bukanlah bermaterialkan kain ataupun benang rajutan seperti pada umumnya. Serat kayu dipilih Dodi sebagai material dalam produk-produknya yang diberi brand Ruaya.
“Bahannya dari kayu mindi. Dipilih kayu mindi karena serat kayunya bagus dan masa jenisnya cukup ringan,” jelas Dodi.
Nama Ruaya terinspirasi dari istilah biologi yang mengartikan kondisi hidup ikan cakalang.
Ikan cakalang diharuskan untuk terus bergerak agar saluran dalam tubuhnya tidak mati. Hal ini juga dianggap sesuai dengan filosofi orang Jawa yakni ora obah ora mamahyang berarti supaya bisa makan ya harus bekerja. Maka dari itu pengertian tersebut yang dijadikan landasan pemilihan nama Ruaya.

Latar belakang berbisnis di sektor ini juga dipilih Dodi karena ia merasa masih banyak pengrajin yang memiliki karya tapi tidak tahu cara menghargai karyanya tersebut. Maka dari itu, Dodi pun menciptakan Ruaya untuk memfasilitasi para pengrajin tersebut agar bisa mendapatkan harga yang layak dari karya yang mereka buat.
Pada awal membangun Ruaya, Dodi justru membuat produk jam tangan dan speaker yang terbuat dari kayu. Namun, saat itu kompetitor di jam tangan kayu cukup banyak dan produk speaker kayu hanya ramai diminati di awal peluncuran produknya saja.

Hingga akhirnya, terciptalah tas kayu pada tahun 2017 dengan berbagai desain. Produk-produknya dijual secara online ataupun melalui pameran-pameran. Jakarta, Bandung, dan Bali merupakan tiga kota yang paling jadi pangsa pasar dari Ruaya.
Membanderol produk tasnya di harga mulai dari Rp. 600 ribu hingga Rp. 1,2 juta, Dodi dibantu tujuh karyawannya bisa mengerjakan hingga 50 buah tas perbulannya.
Sepanjang menjalankan bisnisnya, Dodi bercerita bahwa kendala dalam mengembangkan bisnisnya ini ialah menyesuaikan selera pasar. Apalagi, saat Ruaya memutuskan untuk tidak menerima pesanan custom sesuai keinginan konsumen.